Monday, February 3, 2014

Andai Tokobagus menjadi biro jodoh

Beberapa hari yang lalu, saya sadar bahwa telepon genggam kesayangan sebenarnya sudah pikun. Gejala-gejalanya: Sering pingsan, suhu baterai tinggi, lupa ingatan, serta sering tidak nyambung pada jaringan…



Pada usia lanjut, hape cenderung meninggalkan dunia with a bang, terkadang secara literal juga. Maka kukubur aja (tidak hidup-hidup, aku matikan dulu) dan cari penggantinya.
Saat itu, sebagai korban modernisasi yang akut, saya langsung meluncur ke situs tokobagus dot kom agar menemukan jodoh digital baruku.


"Dan, biasa ya loe keterlaluan gitu? Mang loe mau kawin ama hape?"


Ah… pertanyaan ini sangat menarik. Kebetulan, saya ingin menceritakan penggalamanku sebagai pemakai situs tersebut dengan menyamakannya dengan pemakaian jasa biro jodoh.


"Rusak loe"


Belum serusak hape lamaku, tenang, masih ada harapan. Mari, kita mulai.
Andai situs tokobagus menjadi biro jodoh, pasti para penjual menjadi sponsor atau anggota keluarga sang calon kekasih, biar memastikan keamanannya serta cita-cita laki-laki yang menghubunginya.


"Sebut aja germo"


Saya minta maaf, tetapi kenapa begitu?


"Yah… germo itu germo. Loe nggak usah pura-pura nggak tahu"


Iya, saya mengerti arti kata itu. Namun saya tidak ingin mengubah judul artikel ini menjadi "andai tokobagus jadi rumah bordil". Demikian.


"Terserah loe"


Memang terserah saya.
Nah, dengan gambaran itu, sang pencari akan mengunjungi situs ini dengan hati yang penuh harapan… harapan yang akan segera bertemu dengan kekecewaan, amarah dan dorongan untuk melakukan kejahatan.


"Nah kan!"


Diam. Dengarkan saja prosesnya.
Ketika dia sudah menemukan wanita idamannya dan memutuskan untuk menelpon sponsornya, sang pencari akan menghadapi berbagai tantangan.

Rebutan sebagai modus penipuan

Kata pak sponsor… "Iya pak, orangnya masih jomblo. Tapi pak harus kirim mas kawinnya dulu, baru kami bisa bertemu bapak. Kalau bapak ingin datang ke rumah, boleh… tapi bapak harus cepat, calon-calon lagi pada berantem di ruang tamu"


Terus terang saya tidak siap mengorbankan hartaku demi kekasih khayalan. Saya pernah mencoba mengajak khayalan ke restoran dan, ternyata, saya berbicara sendiri selama dua jam. Saya juga bukan penggemar free for all, jadi maap, pak, saya tidak tertarik.

Hubungan jarak jauh

Sering terjadi bahwa seorang sponsor mencatat lokasinya di suatu tempat, walaupun dia tinggal di tempat yang berbeda. Jarak diantara kedua tempat itu tidak dekat, biasanya satu pulau.
Saya pernah rasakan pahitnya hubungan jarak jauh. Biasanya, kedua pihak sempat pacaran di tempat yang sama selama beberapa bulan, lalu salah satu harus pergi. Kejadian itu dapat dimengerti. Tetapi bagaimana mungkin saya apel kalau pasangan saya berada di Bandung, Batam atau Jakarta?


Sekali lagi, terima kasih, saya tidak tertarik. Kalau saya ingin berhubungan secara tidak serius, dengan orang yang saya tidak kenal, yang tinggal di luar jangkauan saya… Saya akan mencarinya di Facebook. Semoga para pengguna tokobagus lekas mahir ilmu teleportasi.

Salah genus

Karena kebanyakan orang cenderung lebih memilih wanita dari sisi penampilan daripada kinerja otak, tidak sedikit sponsor mengiklankan jodoh yang mirip wanita, bersifat seperti wanita… tapi sebenarnya…


"…Iya pak, untuk mas kawinnya kami tidak minta banyak. Tapi bapak tahu kan, orangnya… bagaimana ya... Bukan orang."
-"Maksud bapak?"
"Maksud saya bukan orang pak, tapi kambing. Kan bapak bisa baca di situsnya, ada 'kb'nya. Itu berarti kambing, pak. Tapi toh kambing pintar kok. Disuruh nyetir bisa, masak bisa, jenggotnya sudah dicukur dan bulunya halus pak"
-"Tapi pak… ITU MASIH AJA KAMBING!"
-"Ya kalau ingin ketemu wanita asli mah, jangan cari 'kb', iklan itu memang buat penikmat 'kb' pak..."


Di sinilah muncul dorongan-dorongan yang tidak wajar serta rasa ngidam akan sate dan saus kacang.
Setelah mandi berkali-kali, dengan kesabaran yang berasal dari lubuk hati, sang pencari bakal menemukan jodohnya. Tidak hemat pulsa, tidak hemat tenaga, tetapi… apa yang nggak demi jodoh?


"Eh, Dan…"
Kenapa lagi?


"Sudah selasai blom? Aku mau nanya."


Tanya apa?


"Loe memang nyari hape kan? Soalnya kalo benaran nyari harim gw tahu toh situsnya"


Anda saya menyerapah selama tujuh turunan. Demikian.

No comments:

Post a Comment